HOLLA ^^

Selasa, 24 Februari 2009

Tuhan, beri aku kekuatan.
Amin

Minggu, 15 Februari 2009

B4 Valentine

Apa yang kan kuperbuat di Februari empatbelas?
Di sana dia mematut diri
pada hadirmu tak sabar menanti

*Lalu aku?*

Aku cemburu, manisku,,
tapi kutelan panas bara
aku bukan sayatan jiwamu

Kamis, 12 Februari 2009

Sekuriti ANJING.
Bansappphh...
Bikinemosi ajah.
Napakah kalo orang mau OL di lante tujuh malam2?
Sibuk kammako jadi orang. Rektor lagi nda' pusingji.
FU*k Rektorat Sekuritiesss

Kamis, 05 Februari 2009

Sketsa Ku

Lampu-lampu kota, aku hirup
Lampu-lampu kota, aku hidup
Lampu-lampu kota, aku redup

Debu-debu jalan, bangun tidurku
Debu-debu jalan, sarapan pagiku
Debu-debu jalan, makan siangku
Debu-debu jalan, akhiri soreku

Kupu-kupu malam, kududuk denganmu
Kupu-kupu malam, kutidur denganmu
Kupu-kupu malam, kubercinta denganmu
Kupu-kupu malam, kurindu denganmu

Suara-suara kelam, antar tidurku
Suara-suara kelam, tuntun mimpiku
Suara-suara kelam, raih jiwaku

terseok di kota iblis, 2005

Tak Lagi-lagi



Aku

Tak kan jatuh

di lubang ular

yang sama


Tak boleh

terjerembab

di sandungan serupa


Mustahil

Tersungkur

- Lagi

Pada semburat terkutuk

Bernama

L-e-l-a-k-i


- Makassar, Februari 3rd 2009

My Mandar

Retrospektivitas dan sentimentalitas akan origin seseorang adalah segalanya, yang akan selalu dibawa menjadi identitasnya meski ia pergi jauh sekalipun..”

-Saras Dewi on her blog

Mmie bangga jadi orang Mandar.

Banggaaa banget.

Yeah, I know, semua orang juga pasti bangga sama origin yang disandangnya. Tapi Mmie lain, secara suku Mmie ngga se-famous Bali yang eksotis, atau Minang yang religius. Mandar hanya etnis yang terpinggirkan di daratan Sulawesi, areal yang jarang tersentuh perataan pembangunan kala masih bagian dari Sulawesi Selatan. Selalu jadi anak bawang, -bahkan seorang senior di kampus yang antropologist ngasi tau Mmie kalo selama ini ranah Mandar, -Paku hinng Suremana, konon sengaja dihambat agar kami tak bisa berkembang. Mau contoh konkrit? Liat aja jalanan di perbatasan Polewali Mandar-Pinrang atau jalan Trans-Palu yang tak kunjung mulus. Meminjam istilah sang Senior, itu karena Mandar adalah Singa yang tertidur. Ngedengernya Mmie sampe ternganga-nganga [ iyokahh? Sialan tuh oknum-oknum! Sirik aja sama orang Mandar, kalo mau bersaing yang sehat dong! ]

Namun kami, etnis Mandar tak sudi ter-’jajah’. Maka kami resmi melepaskan diri pada 2004 untuk tegar di atas kaki sendiri, Sulawesi Barat. [Loh, kok jadi mirip artikel Politis gini sih?]

Alih-alih terkenal karena pesona budaya atau flora-faunanya, suku Mmie malah dikenal dengan nuansa mistik yang kental; baca-baca pelembek kepala yang konon jadi andalan orang Mandar ketika cintanya tak kesampaian, atau minyak tokke untuk pengasihan [upps, maksud Mmie’ tokek’ :)], dan banyak lagi praktik klenik masyhur yang disandangkan pada nama Mandar.

Iihh, sebel banget tau ngga, waktu dapet tugas wawancara sama Kepala Sekuriti Unhas. Pas Mmie pamit tuh bapak [yang nyangar dan bertitel ‘Drs.’] ngomong;

“Dek, dek, kapan pulang ke Mandar lagi?”

“Mmm, tau-mi Pak..”

*Mmie dah kepikiran nih bapak mau nitip oleh-oleh pecahan Adam Air, khu khu khu*

Tapi u know what?

Tuh bapak malah nitip ajian kebal senjata sama orang-orang ‘pintar’ di Mandar.. -_-“

Sompret.

Sumpah Mmie kecewa banget. Napa orang-orang cuman motret Mandar dari sisi Primitifnya? Apa orang-orang ngga tau, kalo sesungguhnya nelayan handal di lautan Sulawesi bukanlah Suku Bugis atau Makassar, melainkan kami, Orang-orang Mandar? [buat yang bersuku Makassar atau Bugis, Mmie ngga takoot! Baca deh, bukunya Ridwan Alimuddin, nyaho luw!]. Ngga kenal Baharuddin Lopa sang Pejuang keadilan? Husni Djamaluddin Sang Panglima puisi? [yang masyhur lewat puisinya ‘Indonesia, masihkah engkau tanah airku?’], atau Menpora Adhyaksa Dault?

Dan hey, orang-orang Jawa, stop mem-blow-up Kartini-mu, kami orang-orang Mandar juga punya Andi Depu!

Ya siih, akhir2 ni, Mandar, utamanya Majene, lumayan sering jadi sorotan media. Terkait pesawat Adam Air yang [katanya] lenyap di perairan Majene dan masih sumir hingga kini, kemenangan kontestan asal Majene di KDI 4, Nurdin [hey, aslinya cakep banget loh! Nurdin pernah datang ke Tande, kampong Mmie, buat ziarah kubur. Huahaha, orang-orang pada turun sekampung, sampe ninggalin cucian buat salaman doang sama Nurdin! Mmie juga kok, khu khu khu], dan terakhir, KM. Teratai Prima yang juga ditengarai karam di lautan Majene yang penuh teka-teki.

Tanah yang biasanya terlipat di ketiak sejarah kini mulai tersibak...

Tapi napa coba, semuanya cuman karena hal-hal ‘konyol’ kek gitu? Napa coba, orang-orang ngga ngeliput Sandeq Race, -kompetisi tahunan yang bahkan menarik warga asing untuk turut berpartisipasi? Napa ngga me-publish tari Pattuqdoq yang Mmie yakin ngga kalah keren sama tari Pakkarena, tari yang paling terkenal dari daratan Sulawesi? Ngga pernah menyorot khazanah Susastra Mandar yang sesungguhnya -amat-sangat-eksotis?

Mmie sering termehek-mehek kalo lagi menghayati lagu-lagu Mandar, khu khu khu...

“Salili towando i’o mua’ asari allo..”

Atau

“Polemi To rangga sela, polemi To rangga sela,,

Polei sambare cinna, su’eangi so’nai lamba,,”

Huawwwhh...;

*Udah yah, Mmie jadi larut dalam eksmosi nih.. :P*

***

Waktu masih tinggal di tanah Mandar, sentimentalitas akan ke-Mandar-an ini bisa dibilang ngga pernah menyeruak. Sekaranglah, ketika Mmie tak lagi bermukim di tanah leluhur, semua kebanggaan, pemberontakan, dan pembelaan ini muncul. Yeah, walopun rada ngga berdasar sih, malu-maluin banget Mmie kudu ngakuin kalo wawasan Mmie tentang suku Mmie sendiri masih sangat terbatas :p.

Palagi di Makassar, Mmie jarang banget bisa ketemu orang-orang Mandar. Di Universitas, Fakultas, moreover di jurusan Mmie. Terhitung di jurusan Mmie, Ilmu Komunikasi, hingga 2 atau 3 angkatan di atas Mmie, hanya Mmie seorang yang Mandar asli. Ada sih, domisili Sulbar, tapi ada yang ‘blasteran’-lah, ada yang nebeng tinggal doang di tanah Mandar, ada juga yang berdarah Mandar tapi ngga paham Mandar.

[Sorry to say, buat Mmie, mereka bukan bagian dari Mandar-ku...]

Mmie jadi sering ngerasa lonely, kering sentuhan saudara se-suku [yang baru Mmie sadarin, amat berarti ketika jauh di tanah rantau T_T].

Betapa aku sangat mencintai Mandarku...

Hmmh.., I promise now, bakal belajar lebih giat lagi, biar kelak dunia tau, bicara Mandar tak hanya mantra pejinak lelaki.

PS:

Fellas, expecting ur comments yah, smua boleh bicara :)

-Mmiesayank

Senin, 02 Februari 2009

Kuntilanak dalam kelambu


Kalo ada yang nanya siapa orang yang paling pemberani di rumah selain Papa, gw pasti menjawab: Dian. Yuppie, ade gw yang ke dua. Sejak SD dia udah berani bobo sendirian. Ngga kek gw yang sampe SMP, (even sekarang kadang-kadang J) masih suka ketakutan kalo lampu dimatiin. Pokoknya asik banget kalo bobo sama dia; ngga ada deh, yang namanya mimpi dicium pangeran keganggu rengekan minta diantar ke kamar mandi tengah malam.

Ade gw ini cuek banget, tapi dia pinter trus punya kebiasaan bobo pake kelambu. Tiap malam, abis ngegantung kelambu dia selalu ngerjain tugas sekolah di dalam kelambunya yang berenda-renda transparan. Sampai suatu malam saat Dian kelas dua SMP, dia ngantuk berat abis nyalin PR yang lumayan banyak. Suara Mamah yang ngingetin nutup jendela kamar pun cuman disautin setengah ngigau.

She fall asleep then.

***

Tengah malam.

Hanya semesta yang menyaksikan saat angin bertiup kencang melewati daun jendela yang terbuka lebar, menghembus Dian yang tertidur lelap di dalam kamar. Terbangun mimpi yang tak jelas, refleks Dian membuka mata. Melihat ke sudut kelambu yang gelap, dan tercekat. Apa itu ?

Cepat Dian mengatupkan mata kembali, menyadari darahnya menderas, juga jantungnya yang berdentam sangat keras. Hanya sepersekian detik otaknya menerjemah ‘bentuk’ di pojok kelambu, dekat, -bukan, terlalu dekat dengan kakinya. Sepintas, ‘itu’ nampak seperti perempuan dewasa yang sedang berdiri di dalam kelambu, -kepalanya terlihat menyundul langit-langit kelambu yang lumayan tinggi. Tapi siapa di tengah malam begini? Aku hanya tidur sendirian!

Berbaju putih, rambutnya yang megar, wajah yang menghitam, serta lubang mata yang nampak kosong ...

Dian menggigil.

Seperti inikah rasanya ketakutan?

Dan lelap kami terkoyak lolongan histeris Dian di tengah malam buta.

***

Sejak saat itu, Dian tak lagi berani tidur tanpa ditemani. Bahkan menurutnya, pelajaran terbesar yang bisa dia ambil dari kejadian itu adalah 'jangan lagi pernah berani membuka mata saat terbangun tengah malam'.

Dian trauma sekali. Kasihan ade gw.

Huahh.., perawatan-itu-melelahkan, ternyata...


Kata dosen Komunikasi Mmie, it’s gonna be sooo much hard to change people’s habits. Yeah, walopun bukan mustahil, tapi kebiasaan yang sudah mendarahdaging dalam diri seseorang pastinya ngga bisa diapus semudah men-delete user account di komputer kita. Itu karena manusia bukan robot, manusia adalah mahluk Tuhan yang bermartabak, Terangbulan.., eh, mau rasa apa? Keju, coklat, atau Le Speciale? Yang di jalan Poltek mantap gela, Djeng; aduh boow, kita sama temen-temen arisan rajin nongkrong di sana looh, sambil ngecengin lekong-lekong oke yang suka lalu-lalang, hikhikhik...[ ngakak ceritanya ]

*Haduh, payah nih, kebiasaan ngelantur kambuh lagi -_-“*

Yakk, balik ke yang tadi, Mmie dah ngerasain sendiri betapa mengubah manusia itu bukan urusan gampang. Ngga usah jauh-jauh ngambil objek, just stand in front of mirror and see; ME. Buang jauh deh, semua fikiran yang akademikal, ni urusan yang amatsangatjauhsekalibanget dari bau-bau eksperimen ilmiah; ini hanya urusan cetek para wanita; KECANTIKAN.

Selama ini, Mmie bukan tipe perempuan yang terlalu perempuan. Maksudnyah?. Hahaha, bukannya Mmie pecinta wanita, u know-lah dat kind of girl. Perempuan yang tak pernah berlama-lama mandi, -cukup menyikat gigi, menyabun seluruh badan, byur-byurr-byurrr, what else?-. Lantas selepas mandi tak menganggap penting mengusapkan lotion yang konon menghaluskan dan menjaga elastisitas kulit *Cuihpreyytt*. Perempuan jenis ini hanya melengos malas pada iklan2 produk kecantikan. Emang penting? wasting time bgt geto loh!.Dan ketika teman-teman cewek sibuk ngomongin treatment baru dari spa langganan mereka, tipe perempuan ini malah nongkrong di koridor kampus, nyanyi-nyanyi sambil [belajar] maen gitar bersama sekelompok pemuda berambut gondrong, gimbal dan kelihatannya jarang tersentuh sabun mandi. And psst.., jika bercerita hal-hal berbau seks bersama para lelaki adalah tabu bagi kaumnya, maka tipe perempuan ini samasekali tak keberatan.

‘Am dat kind of girl anyway. Asal kulit bersih, kuku terpotong rapi, dan rambut bebas kutu dan ketombe, i will be really fine. Lagipula sejak dulu Mama mengajarkan bahwa kecantikan [ kalau toh itu mau disebut kecantikan J, ] alami selalu lebih bagus. “Liat dong kulit Mama yang masih tetap bagus meskipun sudah melahirkan kamu dan empat ekor adik kamu. Mama waktu masih gadis cuman pakai bedak bayi dan sabun mandi biasa, ngga ada fesyel wosh atau losyen dan kawan-kawan. Kalo toh sekarang kamu liat Mama punya banyak krim, vitamin, mousse segala macam, itu karena usia Mama memang udah butuh. Kulit kamu masih terlalu muda untuk tersentuh sama zat-zat kimia dalam kosmetika sintetik. Lagian kulit kamu masih sanggup kok, mengakomodir dirinya tanpa external help.” Begitu petuah Mama selalu, petuah yang menjadikan Mmie tumbuh sebagai perempuan yang tak 100% perempuan. Sabun mandi Mmie cuman satu, ya muka ya badan. Ngga ada facial foam, hair conditioner, body lotion, apalagi lulur. Waddowwh, buang-buang waktu banget nekk, ngegosok badan ber-jam-jam pake pasir2 becek itu.

Mmie jadi perempuan yang mem-bullsh**-kan semua kandungan AHA, VitaminB3, Whitening formula, Moisturizing Complex, atau apalah namanya yang terkandung dalam produk2 keluaran kaum kapitalis itu [ Or maybe ‘cuz i was born with fair enough skin? xoxo]. Dan belasan tahun berlalu hanya dengan bedak talek, sabun mandi sekaligus sabun muka, dan sampo yang terkadang ganti-ganti tergantung orang rumah beli merk apa. Satu-satunya aspek kecantikan yang ngga pernah Mmie lewatkan adalah model rambut. Itupun pure modelnya doang, minus perawatannya. Pendek kata, Mmie bilang kek gini sama rambut Mmie “ Bodo amat lu mau rontok, pecah-pecah, bercabang, yang penting model lu otre punya. Eits, asal jangan kutuan sama ketombean aja ya!.”

Dan semua kecuekan itu makin menjadi-jadi ketika Mmie dah masuk perguruan tinggi, where i have to manage my own money. Mmie beranggapan semua pengeluaran yang menyangkut perawatan kecantikan ngga pantas masuk dalam list bulanan. I just need bar soap, shampoo, baby talc, detergent+softener, that’s all. Apalagi setelah membaca corat-coret di dinding kampus waktu masih maba: ‘Konsumtif itu dangkal. Buy nothing a day’, hati maba mana yang tak kembang-kempis membacanya?

Walhasil uang bulanan Mmie selalu nyisa lumayan banyak di akhir bulan, bikin Mama-Papa bangga sama putri pertama mereka yang ternyata udah dewasa *Tsaahh...*

Kalo temen-temen kuliah pada make blush on, lipgloss, etc, Mmie cuman make black eyeliner yang sengaja dipake tebel-tebel, -touch-up andalan sejak SMP, secara Mmie fans berat Avril Lavigne and it’s not a part of beauty but masculinity, i think. And yeah, almost forgot to tell, satu-satunya losyen yang Mmie pake adalah mosquito repellent, losyen antinyamuk yang justru dihindarin sama mahluk tuhan paling seksi lainnya, hwahaha. [ Hey, sepupu Mmie malah lebih suka digigitin nyamuk daripada harus tersentuh losyen yang katanya poisonous itu, -dodol banget yah? ]

Beruntung kulit Mmie bukan tipe kulit sensitif yang suka najong, ngelunjak minta perhatian. Kulit wajah Mmie acne free, alhamdulilah. Tiap malam kena losyen antinyamuk juga fine-fine aja. Dan walaupun tiap hari jalan kaki ke dan dari kampus, -paparan matahari selalu menjilati kulit Mmie yang males banget make payung apalagi sunblock-, it doesn’t even make my skin grow darker. Tumit Mmie juga alhamdulilah ngga pernah pecah-pecah, cukup berpuas hati dengan digosok pake sikat pakaian, hyahaha.

All i have to do is thank God.

Setahun berlalu di hiruk-pikuk Makassar. Aku masih Mmie yang anti-beauty treatment walaupun entah sudah berapa kali rambutku ganti model, -hey, Johnny Andrean MaRi is my fave one, trus stylistnya yang namanya Mba Dwi (make behel,) is my truly rekomen!-. Hari-hariku larut dalam aktifitasku di kampus, di UKM (walopun kajili-jili J), dan tentunya ritual membuat CV dan application letter setiap ada job vacation buat ngajar bahasa Inggris (FYI, Mmie dah empat kali daftar; di LBB Nurul Fikri, Briton International English School, JILC, trus yang terakhir di Brainy College. Empat-empatnya successfully dismissed -_-“. Payah !). Nyaris tak ada waktu untuk diri sendiri (kalopun ada, pasti Mmie gunain buat bobok, hehewh).

Sampe suatu siang, Mmie bercermin. Ada apa di bawah mataku? Aku terlalu banyak begadang ternyata. Lingkaran hitam di kelopak bawahku terlihat jelas. Dan blackhead yang bertonjolan.., bekas jerawat waktu SMA yang selalu dipencet, my pores, unfine skin texture, OH MY GOD. Mmie liatin kulit di lengan Mmie, masih putih namun kusam tak terawat. Ngeliatin ini semua menyadarkanku, masihkah aku pantas disebut perempuan?. Semua kecuekan kemaren nguap entah ke mana. Mmie malah ngerasa bersalah tiba-tiba, udah nyia-nyiain anugerah keperempuanan [halah] yang udah Tuhan kasih ke Mmie.

Rencana Tuhan ikut bermain juga nampaknya. Selepas senja, junior Mmie yang namanya Hilda, datang ke kosan. Mmie terpana ngeliatin kulitnya yang kinclong gila. Sampe nekat nanya-nanya make apa aja sampe semulus itu, hahaha. Yes, resep udah di tangan.

Besoknya, Mmie ngabur ke ATM. Ngga sabar pengen secantik Hilda, Mmie langsung cabut ke supermarket, nyari resep cantik Hilda. Berikut list-nya:

1. Pond’s White Beauty Cream

2. Pond’s White Beauty Facial Wash

(Oh my Gosh, ternyata produk yang kukenal sejak SMP dari teman-temanku ini benar-benar bisa menyulap orang jadi secantik itu! )

Sambil na-na-na, Mmie pulang ke kosan. Besoknya waktu mau ngampus Mmie pake dah tu krim. Agak pedih seperti yang tertera di packagenya, tapi Mmie ngga pusing, katanya itu malah tanda kalo krimnya mulai bekerja di kulit Mmie. Voila! It really gives instant bright onto my face. And i just love the look, matte-matte gemannaa geto yah, bikin Mmie ngga perlu make bedak talek lagi. And after putting lots eye-liner on, ‘am feelin such a sudden Cinderella! (Goodbye Upik abu...)

Dengan semangat ’45 Mmie berangkat ke kampus. Ngikutin kuliah, kongko-kongko bentar trus pulang. The 1st thing i do when ‘am home is looking at the mirror, checkin how did the ‘spell’ worked on me. Loh, ke mana semua matte look yang sangat kusukai tadi pagi? Muka aku malah keliatan mengilap penuh minyak, dan tempelan debu jalanan.

Tapi Mmie masih bersabar, kali aja emang kek gini kalo hari pertama, masih butuh beberapa penyesuaian.

Seminggu berlalu, masih begitu-begitu saja. Dan suatu sore sepulang kuliah, Mmie tersentak; apa itu? Berbiji-biji, merah, kinclong di dahiku?

JERAWAT. WADEFAK!

Mmie udah jarang banget jerawatan sejak SMA kelas tiga, paling juga kalo deket-deket siklus bulanan. Tapi jadual ‘redcross’ Mmie dah lewat, so this must be something else. Mungkinkah resep cantik Hilda yang justru memanen masalah?. But calm down baybee, 'am a wise girl now, ngga mau sembarangan nuduh. Jadi Mmie lanjutin aja makenya sambil wait n see. (Lagian sayang juga krim mahal gitu dibuang ke got). Benarlah kiranya, dari hari ke hari jerawat di dahi Mmie makin subur aja. Dan tertuduh tunggal, -setube Pond’s White Beauty yang gemetar di sudut meja, kini tinggal menunggu takdirnya.

Dengan gondok Mmie campakin tuh Krim terkutuk ke tempat sampah. Untung Mmie ngga beli yang kemasan paling gede. Sialan nih krim, berani-beraninya bikin Gw jerawatan.

Cantik di dia belum tentu cantik di aku, ternyata...

***

Lantas urusan jerawat yang tersisa ini gimana dunk?. Wadowwh, mana sakit lagi jerawatnya. Kampret tuh krim, bukannya bikin cantik, malah bikin ancur. Tapi sutralah, just don’t look back. All i have to do now is findin a way to vanish all those f**kin pimples on my forehead.

Suatu senja di supermarket, iseng Mmie jalan ke counter Kosmetik. Eh, nemu pelembab Sariayu Martha Tilaar yang pake ekstrak jeruk nipis. Hmm, it must be for oily skin like mine. Diperkaya aromaterapi pula, oooww, mauuu...! Kali aja bisa nyembuhin ‘peradangan’ di dahi Mmie [Mmie ingat dulu ada temen yang ngolesin air jeruk nipis ke jerawatnya. Hihh, kebayang ngga seh, puedihnya kek apa?]

Syahdan, pelembab itu manjur. Jerawat Mmie perlahan faded away. Alhamdulilah. Muka udah cling, mau dong pake bodylotion juga. Mmie belilah Citra White Lotion inovasi terbaru, dengan bubuk mutiara Cina, Tsaahh... Baunya emang enak banget, ada glitter-glitter buat nguatin kesan pearl extractnya [padahal sih, yang bener aja, mana ada bubuk mutiara dijual duabelasribuan?]. Ngga tanggung-tanggung, entah kerasukan arwah Marilyn Monroe atau hantu najong lainnya, Mmie tiba-tiba nekat brenti pake sabun mandi, -yang konon meluruhkan kelembaban alami kulit-, dan komit buat make lulur aja. And the choice goes to Sariayu Martha Tilaar Putih Langsat Lulur Spa.

Belum puas, Mmie masih beli Natur-E, Ellips hair Vitamin, dan Viva Skin Food. And one brave [or fool?] revolution, Mmie juga nge-boikot Losyen antinyamuk [ngeri abis liat tikar plastik Mmie meleleh kena tuh losyen. What could it do on my skin, then?)

***

Hari-hari pertama sebagai ‘perempuan’.

Pagi-pagi Mmie dah bangun buat luluran. [Hmm, seandainya Mmie tau lebih awal kalo luluran is a very nice rythus...] After that, Mmie pake dah tuh losyen, rubbing it onto my skin and keep on singin. Ngga lupa ngolesin Viva Skin Food di tumit, lutut, dan siku, lalu minum 1 kapsul Natur-E. Trus tiap pake sampo Mmie selalu make vitamin rambut, yang bikin rambut Mmie jadi wangiii banget.

Hhh.., nikmat sekali ternyata jadi manusia perempuan.

So far, so good, ngga ada masalah yang timbul. Kecuali satu, uang bulanan Mmie jadi cepet abis. Iyalah, natur-E yang isinya enambelas kapsul aja kan abis dalam enambelas hari. Sebulan Mmie kudu ngabisin empat box, kali harganya yang limabelas ribu; enampuluhrebong. Belum lagi Lotion, Facial Wash (kebetulan Facial Wash-nya Pond’s yang kemaren cocok, jadi Mmie terusin), Vitamin rambut, Lulur, Skin Food, dan Moisturizer segala macam. Semua itu ngambil biaya yang lumayan banyak.

Tapi ngga papa-lah yaa, whatever deh demi kecantikan. Gitu kata hati Mmie.


4 bulan berlalu. Entah berapa tube facial wash yang Mmie udah abisin, brapa box Natur-E yang Mmie minum, dan banyak lagi ‘berapa-berapa’ lainnya. Karena aktifitas yang kian padat, perlahan-lahan jadual perawatan Mmie jadi sering kecolongan. Lulur yang biasanya Mmie sukai sering tercuekin di ember, Lotion yang mulai terlupakan, Skin Food yang masih penuh, dan Natur-E yang tergeletak perawan.

Huffh, walopun mengasyikkan, Mmie capek juga lama-lama...

Dan ketika merenung suatu senja, sebuah pertanyaan menyergap tanpa ampun. Untuk apa semua ini?. Apa yang telah kuhasilkan dari semua kemasan apik di meja belajarku itu?

Staring at my skin, tak ada yang berubah. Walaupun ber-box2 Natur-E yang kuminum, bertube-tube lotion kuhabiskan, kulitku masih yang kemarin; tak lebih putih, tak juga lebih gelap. Dan tumitku yang sudah halus, mengapa harus talekang kuolesi Skin Food?. Honestly, rambutku juga tak ada masalah selain ikal mayang yang kubenci di beberapa titik. It’s smooth enough tanpa hair vitamin manapun.

I don’t need ‘em all actually...

‘Am feelin guilty now. Aku sudah menghabiskan banyak uang orangtuaku untuk hal-hal yang sejatinya tak kubutuhkan. Mmie ngerasa terbodohi, “Mengapa aku tak puas dengan semua yang sudah kumiliki?”. Untunglah Tuhan ngga ngingatin Mmie pake cara kasar, seperti Cacha, temen Mmie yang mukanya rusak gara-gara make krim pemutih, -padahal mukanya udah bagus banget.

And more than it all, Mmie sadar, this is not me. Aku sudah terlalu berlebihan merawat diri, masuk ke jerat konsumtif tanpa kusadari. Maka mulai kemarin, setelah Natur-E yang terakhir Mmie tandaskan, beberapa kebijakan pun diambil J;

1.) Menimbang bahwa memakai lulur tak memberi efek apa-apa dan mengambil banyak energi, maka anggaran untuk itu dipangkas dari list bulanan. Namun dengan pertimbangan memakai sabun mandi meluruhkan kelembaban alami kulit, maka dipandang perlu untuk mempertahankan anggaran untuk body lotion.

2.) Demikian juga dengan Natur-E, yang ternyata malah bikin Mmie lebih ondeng, harus di-non-jobkan dengan tidak terhormat.

3.) Adapun perihal Vitamin rambut, adalah sebuah pemborosan memakai zat yang sejatinya hanya mewangikan rambut itu. It must be cutted either.

4.) Facial Wash harus dipertahankan, melihat trauma yang pernah tejadi di asrama Matra, when I wash my face with Men’s Body Foam dan nyaris tak bisa tidur saking kerasnya formula sabun itu mengeringkan kulit wajahku. Swear, it makes me think ‘ini muka apa triplek?’ [Lu juga sih, yang dodol. Masa Men Body Foam dipake ke muka?]

5.) Skin Food jelas sebuah pemborosan. Tumit ai still all that soft, no need.

6.)About moisturizer, it always be my 'must have item’, melihat kondisi wajahku yang memang membutuhkannya. Kulit Mmie suka retak-retak [tanah kale?] kalo langsung make bedak without anything liquid on.

‘Back on track now. Yee-hawwwh!

Hidupku kembali normal tanpa mandi berlama-lama, tanpa usapan-usapan spesial di tumit, dan no more f**kin hair treatment. Dan walaupun tanpa wangi Natur-E di pagi hari, ini lebih indah, lebih ‘aku’...

Dan karena aku adalah WiseGirl, aku mempertahankan pemakaian pelembab dan body lotion. Kupikir tak semua perawatan itu harus kuenyahkan mentah-mentah, aku hanya harus bijak melihat mana yang kubutuhkan dan mana yang kuinginkan.

Karena tak semua keinginan harus dipenuhi, Manisku...

***

Well, that’s what i said, Fella...

Walopun bukan mustahil, akan sangat sulit merubah perangai manusia hingga berbalik 180 derajat [buat orang2 yg masi suka make idiom ’berubah 360 derajat’, adek Mmie yang jago Metik ngasi tau kalo ‘berubah 360’ derajat itu samadengan dodol, mutar balik lagi ke titik awal alias nothing’s change.Oh, iya juga yah, secara satu lingkaran penuh?.] Seperti juga Mmie yang rada boyish + cuek, won’t be all dat easy to turn me into a ‘100% cewek perawatan’.

Sekali lagi, itu karena manusia bukan robot. Setiap orang punya point of view-nya sendiri, isi kepala yang berbeda-beda, and of course, hidup adalah murni soal pilihan.


PS: teman-teman, share cerita dan komen yah! I wil be really glad to read ‘em J


Template by:
Free Blog Templates